Minggu, 12 Juli 2015

PSIKOTERAPI (Terapi Kelompok)



Pengertian terapi kelompok
Terapi kelompok adalah terapi yang dilakukan melalui sebuah kelompok namun memiliki kegiatan yang terstruktur dan memberikan efek terapeutik bagi anggotanya. Efek terapeutik yaitu kegiatan yang dilakukan dalam kelompok akan memberikan efek terapi kepada masing-masing anggota. Mereka akan belajar untuk membuka diri mereka, menceritakan masalah mereka, mendengar pendapat atau saran dari anggota lain.
Cara melakukan terapi kelompok
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam terapi kelompok adalah:
1.        Tahap Intake
Tahap ini ditandai oleh adanya pengakuan dari klien mengenai masalahnya  yang mungkin tepat dipecahkan melalui terapi kelompok ataupun terapis juga dapat menelaah situasi yang dialami klien. Tahap intake disebut juga sebagai tahap kontrak antara terapis dengan klien, karena pada tahap ini terdapat persetujuan dan komitmen antara terapis dan klien untuk melakukan kegiatan-kegiatan perubahan tingkah laku melalui terapi kelompok.
2.        Tahap Assesmen dan Perencanaan Intervensi
Terapis dan para anggota terapi (klien) mengidentifikasi permasalahan, tujuan-tujuan kelompok serta merancang rencana tindakan pemecahan masalah. Pada tahap ini juga dibahas tempat atau ruangan pelaksanaan terapi kelompok, frekuensi pertemuan, lama pertemuan dan waktu yang dibutuhkan.
3.        Tahap Penyeleksian Anggota
Penyeleksian anggota untuk membentuk suatu kelompok harus dilakukan terhadap orang-orang yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari keterlibatannya dalam kelompok. Dalam pembentukan kelompok harus mempertimbangkan tipe permasalahan, persamaan tujuan, persamaan jenis kelamin untuk masalah-masalah tertentu dan tingkatan umur.
Minat dan ketertarikan individu terhadap kelompok juga penting diperhatikan, karena anggota yang memiliki perasaan positif terhadap kelompok akan terlibat dalam berbagai kegiatan kelompok secara teratur.
4.        Tahap Pengembangan Kelompok
Norma-norma, harapan-harapan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok akan muncul dalam tahap ini sehingga dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aktivitas serta relasi yang berkembang dalam kelompok. Oleh karena itu, pada tahap ini terapis memegang peranan penting untuk dapat membantu kelompok mencapai tujuan.
  • Taraf permulaan. Dalam langkah ini, terapis perlu membicarakan apakah waktu yang telah ditentukan dan disepakati bersama itu tetap bisa dilaksanakan, lalu menyampaikan bagaimana komunikasi antara anggota yang satu dengan yang lainnya karena tiap anggota harus saling menghormati agar apabila anggota yang satu sedang berbicara maka anggota yang lain dapat memperhatikan, adanya keterbukaan antara anggota yang satu dengan yang lain serta dengan terapis, lalu menyampaikan bagaimana komunikasi antara anggota kelompok dengan terapis, serta adanya kesepakatan untuk menjaga kerahasiaan.
  • Mengembangkan dan memelihara situasi kelompok.
  • Melakukan diskusi, saling berbagi pendapat dan pengalaman, serta memecahkan masalah
5.        Tahap Evaluasi dan Terminasi
Dalam langkah ini terapis perlu melihat sejauh mana keberhasilan terapi kelompok yang telah dijalankan melalui evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi, maka dilakukanlah terminasi atau pengakhiran kelompok. Terminasi dilakukan berdasakan pertimbangan dan alasan mengenai tujuan individu maupun kelompok tercapai, waktu yang ditetapkan telah berakhir, kelompok gagal mencapai tujuan-tujuannya, serta keberlanjutan kelompok dapat membahayakan satu atau lebih anggota kelompok.
Manfaat terapi kelompok
  1. Dapat mengidentifikasi masalah bersama orang lain yang memiliki permasalahan yang sama
  2. Dapat membantu klien untuk meningkatkan hubungan interpersonal dengan klien lain sehingga setiap dari mereka dapat saling mendukung
  3. Dapat membantu menghilangkan perasaan-perasaan terisolasi dalam diri klien
  4. Dapat membantu menghilangkan kecemasan-kecemasan yang dirasakan oleh klien
  5. Dapat mendorong klien untuk membicarakan perasaan-perasaan batinnya dengan sepenuh hati
  6. Dapat membantu klien untuk melepaskan ketegangan dalam diri yang telah dipendam
  7. Dapat meningkatkan klien untuk berpartisipasi serta bertukar pikiran dan masalah dengan orang lain.
Kasus-kasus yang diselesaikan dalam terapi kelompok
Terapi kelompok dapat menjadi terapi pilihan untuk orang yang masalahnya terutama antarpribadi dan yang tidak mengalami gangguan psikiatrik utama. Terapi kelompok juga baik untuk orang yang hanya memerlukan tempat dimana ia dapat mencoba perilaku yang baru dan mempraktekkan keterampilan sosial yang baru. Berikut kasus-kasusnya :
  1. Kecanduan alcohol, obat-obat terlarang dan rokok
  2. Kekerasan seksual
  3. Stress dalam menghadapi penyakit yang di derita
  4. Trauma
  5. Korban bullying
  6. Insomnia
  7. Permasalahan hubungan sosial
  8. Orang yang mengalami masalah emosional
  9. Siswa yang mengalami kesulitan belajar

Contoh Kasus:
Alice, 54 tahun. Ketika keluarganya akhirnya membujuknya untuk berobat ke klinik rehabilitasi alkohol. Ia jatuh terguling tangga kamar tidurnya saat dalam keadaan mabuk, dan mungkin kejadian tersebut yang akhirnya membuatnya mengakui bahwa ada yang salah dengan dirinya. Kebiasaan minumnya menjadi tidak terkendali selama beberapa tahun terakhir. Ia mengawali hari dengan minum, berlanjut sepanjang pagi, dan pada siang hari ia berada dalam kondisi mabuk total. Ia jarang ingat tentang berbagai hal yang terjadi selepas tengah hari. Sejak awal masa dewasa ia minum secara rutin, namun jarang pada siang hari dan tidak pernah sampai mabuk. Kematian suaminya secara mendadak dalam sebuah kecelakaan mobil dua tahun sebelumnya telah memicu peningkatan frekuensi minumnya, dan dalam enam bulan kebiasaan minumnya telah berubah menjadi pola penyalahgunaan alkohol yang parah. Ia tidak memiliki keinginan untuk keluar rumah dan berhenti melakukan berbagai aktivitas sosial dengan keluarga dan teman-temannya. Upaya yang berulang kali dilakukan keluarganya untuk membuatnya membatasi konsumsi alkohol hanya memicu pertengkaran.

Terapi yang cocok untuk kasus diatas adalah terapi kelompok. Dengan terapi kelompok klien mendapat kesempatan untuk belajar cara berinteraksi sosial atau bersosialisasi, yaitu memperkenalkan diri pada anggota kelompok, cara berkenalan dengan orang lain, bercakap-cakap dengan orang lain, dan melakukan kegiatan sehari-hari. Dengan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut klien dilatih untuk tidak menarik diri ataupun menghindar dan klien akan mampu melakukan interaksi dengan orang lain.

Referensi:
Kompasiana. Ketergantungan dan Penyalahgunaan Alkohol. (diakses 13/07/2015) http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2014/01/07/ketergantungan-dan-penyalahgunaan-alkohol-622963.html
Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: KANISIUS
Suharto, E. (2007). Pekerjaan Sosial di Dunia Industri – CSR. Bandung: Refika Aditama

Rabu, 14 Januari 2015

Psikologi Manajemen (pertemuan 4)

Komunikasi Dalam Manajemen
A.    Definisi Komunikasi
Berikut adalah pengertian Komunikasi menurut para ahli :
1. Raymond Ross, Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan respons/makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator
2. Bernard Barelson & Garry A. Steiner,Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb
3. Colin Cherry, Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya.
B.      Proses Komunikasi
Proses komunikasi dapat dilihat dari unsur-unsur formula Lasswell yaitu who (siapa pengirimnya/komunikator), say what (apa yang dikatakan/pesan), in which channel (saluran komunikasi apa yang digunakan/mesia), what effect (apa akibat yang akan ditimbulkan/efek) (Effendi,1993:256)
 Dalam proses komunikasi, kewajiban komunikator adalah mengusahakan agar pesan-pesannya dapat diterima oleh komunikan sesuai dengan kehendak pengirim
Ø   Proses Komunikasi (Kotler, 2000:551) Pengirin (sender)
Pengirim / komunikator adalah orang yang berinisiatif dan menyiapkan pesan untuk disampaikan Penerima merupakan pihak yang diharapkan mengerti pesan yang disampaikan oleh  pengirim
Ø   Encoding. Merupakan proses penerjemahan informasi kedalam simbol-simbol tertentu yang akan disampaikan kepada penerima informasi dalam komunikasi lisan sehari-hari, encoding dilakukan secara relatif otomatis.
Ø  Pesan (message) Pesan merupakan bentuk fisik hasil proses encoding. Kata merupakan pesan dalam komunikasi lisan. Sedangkan tulisan merupakan pesan dalam komunikasi tertulis seringkali pesan juga disampaikan dengan gerakan tubuh, raut wajah, atau cara berbicara
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunkator. Pesan bisa berupa informasi, ide, pikiran, atau perasaan.
Ø   Media komunikasi Media komunikasi merupakan metode penyampaian informasi dari satu pihak lain
Ø   Decoding (penerjemahan) Decoding merupakan proses dimana penerima menerjemahkan atau mengartikan pesan yang diterima
Ø   Penerima (Receiver) Penerima merupakan pihak yang menerima dan diharapkan mengerti pesan yang disampaikan oleh pengirim
Ø   Umpan balik (feedback) Umpan balik merupakan reaksi pihak penerima terhadap komunikasi yang dikirim oleh pengirim
C.    Menjelaskan Hambatan Dalam Komunikasi
1.       Hambatan dari Proses Komunikasi
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.
Hambatan dalam penyandian atau simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima atau mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
3. Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima
4. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
2.      Jelaskan Pengertian Komunikasi Interpersonal Dalam Organisasi
Komunikasi dalam organisasi atau perusahaan dapat menentukan efektif atau tidaknya dalam suatu penyampaian pesan atau perintah antar anggota organisasi, baik antara atasan dengan bawahan (downward communication), bawahan dengan atasan (upward communication), maupun antar anggota yang jabatannya setaraf (lateral communication). Secara sederhana, komunikasi adalah proses penyampaian atau transfer dan pemahaman suatu pengertian (meaning). Jadi dalam berkomunikasi, kita harus efektif menyampaikan pesan yang ada pada kita kepada orang lain. Adapun berkomunikasi secara langsung dan sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain. Karena dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dengan efek umpan balik secara langsung. Proses berkomunikasi dimulai dari adanya pesan yang akan disampaikan oleh pengirim, kemudian ditransfer melalui suatu channel (saluran), kemudian diterima oleh penerima. Adapun komunikasi interpersonal efektif dalam suatu organisasi mencakup dua bagian yaitu componential dan situational.
1. Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.
2. Situational
Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi yang mendukung disekitarnya.
3.      Model Pengolahan Informasi Komunikasi
Model Pengolahan Informasi pada dasarnya menitikberatkan dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya
Model pengolahan informasi dibawah ini ada 4 yaitu:
1.      Rational
Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap kembali informasi. Dalam proses pembelajaran, proses menerima informasi terjadi pada saat siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan informasi terjadi pada saat siswa harus menghafal, memahami, dan mencerna pelajaran. Sedangkan proses mengungkap kembali informasi terjadi pada saat siswa menempuh ujian atau pada saat siswa harus menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu perlu dikemukakan bahwa informasi masuk ke dalam kesadaran manusia melalui pancaindera, yaitu indera pendengaran, penglihaan, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Informasi masuk ke kesadaran manusia paling banyak melalui indera pendengaran dan penglihatan. Berdasarkan alas an tersebut , maka media yang banyak digunakan adalah media audio, media visual, dan media audiovisual (gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih daripada satu media dalam proses komunikasi, informasi dan pembelajaran. Konsep multimedia diasarkan atas pertimbangan bahwa penggunaan lebih dari pada satu media yang menyentuh banyak indera akan membuat proses komunikasi termasuk proses pembelajaran lebih efektif.
Dalam proses komunikasi atau proses informasi (dan juga proses pembelajaran) sering dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa masalah dalam proses komunikasi, misalnya:
Ditinjau dari pihak siswa: Kesulitan bahasa, sukar menghafal, terjadi distorsi atau ketidakjelasan, gangguan pancaindera, sulit mengungkap kembali, sulit menerima pelajaran, tidak tertarik terhadap materi yang dipelajari, dsb. Di tinjau dari pendidik, misalnya pendidik tidak mahir mengemas dan menyajikan materi pelajaran, faktor kelelahan, ketidak ajegan, dsb. Ditinjau dari pesan atau materi yang disampaiakan, misalnya: materi berada jauh dari tempat siswa, materi terlau kecil, abstrak, terlalu besar, berbahaya kalau disentuh.
2.      Limited capacity
3.       Expert
4.       Cybernetic
F. Model Interaktif Manajemen
Model interaktif manajemen mencakup:
1. Confidence
Dalam manajemen timbulnya suatu interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
2. Immediacy
Ini adalah model organisasi yang membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan
3. Interaction management
Adanya berbagai interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang bersangkutan.
4. Expressiveness
Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
5. Other-orientation
 
Referensi :
http://boydiharten.blogspot.com/2013/11/komunikasi-dalam-manajemen-bagian-2.html