EMPOWERMENT, STRESS
DAN KONFLIK
A.
Definisi
empowerment
Richard Carver, Managing Director dari
Coverdale Organization mendefinisikan empowerment sebagai mendorong
dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab secara pribadi untuk
meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat
meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran organisasi. Empowerment
memerlukan penciptaan budaya yang mendorong pegawai dalam setiap tingkatan
untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan membantu pegawai untuk percaya diri
dan kemampuan untuk melakukan perubahan.
B.
Kunci efektif
empowerment dalam manajemen
Konsep pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann
muncul karena adanya dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”.
Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam
menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan
harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan
nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan
ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan
masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat
amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
C.
Definisi stress
Selye (dalam Mumtahinnah, 2008)
mendefinisikan stres sebagai respon yang
tidak spesifik dari tubuh pada tiap
tuntutan yang dikenakan padanya.
Sedangkan Korchin (dalam Mumtahinnah, 2008) menyatakan bahwa keadaan stres muncul apabila tuntutan-
tuntutan yang luar biasa atau terlalu
banyak mengancam kesejahteraan atau
integritas seseorang.
D. Sumber-sumber
stress pada manusia
Sarafino (dalam Mumtahinnah, 2008)
membedakan sumber-sumber stres, yaitu dalam diri individu, keluarga, komunitas
dan masyarakat.
1.
Sumber-sumber
Stres di Dalam Diri Seseorang
Menurut Sarafino (dalam Mumtahinnah, 2008) kadang-kadang
sumber stres itu ada di dalam diri seseorang. Tingkatan stres yang muncul
tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu.
2.
Sumber-sumber
Stres di dalam Keluarga
Stres di sini dapat bersumber dari interaksi di antara para
anggota keluarga.
3.
Sumber-sumber
Stres di Dalam Komunitas dan Lingkungan
Beberapa pengalaman stres orangtua bersumber dari
pekerjaannya, dan lingkungan yang stresfull sifatnya.
4.
Pekerjaan
Diantara faktor-faktor yang membuat suatu pekerjaan itu stressfull
adalah tuntutan kerja.
5.
Stres
yang Berasal dari Lingkungan
Lingkungan yang dimaksudkan di sini adalah lingkungan fisik,
seperti: Kebisingan, suhu terlalu panas,
kesesakan.
E.
Pendekatan
terhadap stress
Robbins
dalam (Rini, 2010) menyebutkan dua pendekatan dalam mengatasi stres, yaitu:
1.
Pendekatan individu
Seorang dapat memikul tanggung jawab
pribadi untuk mengurangi tingkat stresnya. Strategi individu yang telah
terbukti efektif adalah:
-
Teknik
manajemen waktu
-
Meningkatkan
latihan fisik
-
Pelatihan
pengenduran (relaksasi)
-
Perluasan
jaringan dukungan sosial
2.
Pendekatan
perusahaan
Beberapa faktor yang menyebabkan
stres terutama tuntutan tugas dan peran, struktur organisasi dikendalikan oleh manajemen.
Strategi yang digunakan:
-
Perbaikan
seleksi personil dan penempatan kerja
-
Penggunaan penetapan tujuan yang realistis
-
Perancangan ulang pekerjaan
-
Peningkatan keterlibatan kerja
-
Perbaikan komunikasi organisasi
-
Penegakkan
program kesejahteraan korporasi
F.
Definisi konflik
Menurut Nardjana
(1994), Konflik yaitu
akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan
antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling
terganggu.
Menurut
Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau
tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun
dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut
dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
Menurut Daniel Webster
mendefinisikan konflik sebagai persaingan
atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain dan keadaan
atau perilaku yang bertentangan.
G. Jenis-jenis
konflik
1) Konflik
antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya
antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role).
2) Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar
keluarga, antar gank).
3) Konflik
kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
4) Konflik
antar satuan nasional (kampanye, perang saudara).
5) Konflik
antar atau tidak antar agama.
6) Konflik
antar politik.
7) Konflik
individu dengan kelompok.
H.
Proses konflik
Proses
Terjadinya Konflik Menurut Beberapa Para Ahli :
1.
Menurut Hendricks, W.(1992) prose terjadinya konflik
terdiri dari 3 tahap :
1) Peristiwa
sehari-hari , yaitu ditandai dengan adanya individu meresa
tidak puas atau jengkel terhadap lingkungan
kerja.
2) Adanya
tantangan, yaitu apabila terjadi masalah, individu saling mempertahankan pendapat
mereka masing-masing dan menyalahkan pihak lain. Masing-masing anggota
menganggap perbuatan yang dilakukan sesuai dengan standar dan aturan
aaaaorganisasi.
3) Timbulnya
pertentangan, yaitu pada tahap ini masing-masing individu atau kelompok bertujuan untuk menang
dan mengalahkan kelompok lain.
2.
Menurut Kenneth Thomas (Owens, 1991). Kenneth Thomas
mengemukakan episode gerak konflik digerakkan oleh perasaan frusttasi
(kekecewaan) dari suatu kelompok karena aksi pihak lain, misalnya : penolakan
permintaan, pertentangan atau penghinaan, sehingga masing-masing kelompok
menyadari adanya konflik dan memasuki tahap konsepstualisasi, dan proses
terjadi secara subjeytif. Selanjutnya, tinggi atau rendahnya konflik bergantung
pada persaingan, keterbukaan dan kepekaan yang dimiliki oleh masing-masing
kelompok. Sedangka hasill (outcome) merupakan proses terakhir dari
tahapan konflik yang berupa ; frustasi, sikap permusuhan, motivasi kkera, atau
produktivitas kerja. Hasil akhir dari prilakku yang dimaksud akan berpengaruh
pada episode berikutnya.
3.
Menurut Terry , G. R. (1986). Menjelaskan bahwa,
konflik pada umumnya mengikuti pola yang teratur yang ditandai timbulnya
krisis, selanjutnya terjadi kesalahpahaman antar individu maupun
kelompok, dan konfrontasi menjadi pusat perhatian, pada tahap berikutnya
krisis dialih untuk diarahkan dan dikelola.
4.
Menurut Louis R.Pandy mengukapkan proses konflik
terdiri dari 5 tahap :
1) Tahap I
konflik laten yaitu tahap munculnya factor-faktor penyebab konflik
dalam organisasi yaitu :
a. Saling
ketergantungan kerja
b. Perbedaan
tujuan dan prioritas
c. Perbedaaan
status
d. Sumber
daya yang terbatas
2) Tahap II
konflik yang dipersepsikan (konflik yang dirasakan) , pada tahap ini salah
satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaina
tujuan.
3) Tahap III
Konflik yang dirasakan, pada tahap ini konflik tidak sekedar dipandang ada, akan tetapi benar-benar sudah
dirasakan.
4) Tahap IV
konflik yang dimanifestasikan, pada tahap ini prilaku tertentu
sebagai indicator konflik sudah mulai ditunjukan, seperti adanya sabotase,
agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kenerja dan lain-lainnya.
5) Tahap V
konflik Aftermath, jika konflik benar-benar diselesaikan maka hal itu akan meningkatkan
hubungan para anggota organisasi. Hanya
jika penyelesaian tidak tepat maka akan timbul konflik baru.
DAFTAR PUSTAKA
Mumtahinnah,
N. (2008). Hubungan antara stress dengan agresi pada ibu rumah tangga
yang tidak bekerja. Jurnal. Universitas Gunadarma. Diakses
tanggal 10 Januari 2013.
Rini.
(2010). Pendekatan yang digunakan dalam mengatasi streskerja dalam suatu
organisasi.
Jurnal Ilmiah. Vol 2 No. 3.
Politeknik Negeri Sriwijaya. Diakses pada 10 Januari 2010.